Selasa, 01 Mei 2012

Lagu Lir Ilir


MAKNA LAGU LIR ILIR



Lir ilir, Lir ilir
Tandure wus Sumilir
Tak ijo royo-royo
Tak sengguh temanten anyar

Cah angon, Cah angon
Penekno blimbing kuwi
Lunyu-lunyu penekno
Kanggo mbasuh dodotiro

Dodotiro, Dodotiro
Kumitir bedah ing pinggir
Dondomono Jlumatono
Kanggo sebo mengko sore

Mumpung padhang rembulane
Mumpung Jembar kalangane
Yo surako surak iyo

Bagi masyarakat jawa tembang lagu di atas pasti sudah akrab di telinga kita. lagu ciptaan Kanjeng Sunan Kalijaga salah satu dari Wali Songo ini kerap menjadi penghantar tidur atau tembang ini dinyanyikan sambil bermain-main di kala kita masih kecil.

Lir Ilir judul dari tembang diatas, bukan sekedar tembang penghantar tidur saja atau tembang yang sering dinyanyikan sambil bermain-main oleh anak-anak kecil di tanah jawa. tetapi tembang lagu diatas mengandung makna yang sangat mendalam. tembang karya Kanjeng Sunan Kalijaga ini memberikan makna dari hakikat kehidupan dalam bentuk syair yang sangat indah.

Tembang ini diawali dengan Lir ilir yang artinya bangunlah, bangunlah atau bisa diartikan sebagai sadarlah. Kita diminta bangun dari keterpurukan, bangun dari sifat malas untuk membangkitkan kembali keyakinan yang telah ditanamkan oleh Tuhan YME dalam diri kita, karena itu digambarkan dengan Tandure wus sumilir atau tanaman yang mulai bersemi dan pohon-pohon yang mulai menghijau bagaikan Tak ijo royo-royo.  Semua itu tergantung pada diri kita masing-masing, apakah mau tetap tidur dan membiarkan tanaman iman kita mati atau bangun dan terus berjuang untuk menumbuhkan tanaman tersebut hingga besar dan mendapatkan kebahagian seperti bahagianya pengantin baru atau Tak sengguh temanten anyar.

Cah angon, Cah angon atau anak gembala, yang artinya kita telah diberi sesuatu oleh Tuhan YME untuk kita gembalakan yaitu "AKAL PIKIRAN", bisakah kita gembalakan akal pikiran kita ini menuju kebaikan sementara dorongan hawa nafsu sudah demikian kuatnya, si anak gembala diminta untuk memanjat pohon belimbing atau Penekno blimbing kuwi yang notabene buah belimbing itu bergerigi lima buah, dalam hal ini sebagai gambaran dari Lima Dasar Negara, Pancasila. Arti memanjat adalah kembali memahami (re-interpertasi), menanamkan (re-internalisasi), dan melaksanakan (re-aktualisasi) Pancasila dalam kehidupan kita sehari-hari. 

Pohon belimbing itu memang licin dan meskipun dalam keadaan susah untuk melaksanakannya, kita harus bisa memanjatnya sekuat tenaga yang artinya kita tetap berusaha menjalankan Pancasila apapun halangan dan resikonya bagaikan Lunyu-lunyu penekno. Lalu apa gunanya semua ini? semua ini berguna untuk mencuci pakaian kita atau Kanggo mbasuh dodotiro yang bermakna bahwa pakaian itu adalah pakaian budi pekerti dan pakaian budi pekerti ini lah yang harus di bersihkan.

Dodotiro, Dodotiro yang berarti adalah pakaian budi pekerti kita memang harus di bersihkan, yang jelek-jelek harus kita singkirkan dan kita tinggalkan. Namun sebagai manusia biasa pakaian budi pekerti itu terkadang rusak atau terkoyak-koyak seperti Kumitir bedah ing pinggir sehingga perlu perbaikan untuk menjahitnya dan dibenahi kembali bagaikan Dondomono, Jlumatono agar menjadi pakaian yang indah, karena sebaik-baiknya pakaian adalah pakaian budi pekerti pada diri kita. Kanggo sebo mengko sore atau untuk menghadapi nanti sore, kata ini mempunyai makna bahwa suatu saat kita semua pasti akan mati, karena itu kita selalu diminta untuk memperbaiki pakaian budi pekerti kita, agar kelak kita siap ketika dipanggil menghadap Tuhan YME.

Mumpung padhang rembulaneMumpung Jembar kalangane atau mumpung padang rembulannya dan mumpung banyak waktu luangnya, kata-kata  ini mengandung arti bahwa ketika pintu menuju kebenaran masih terbuka lebar, dan ketika masih banyak kesempatan karena diberi umur yang masih menempel pada hayat kita maka pergunakanlah waktu dan kesempatan itu untuk bisa memperbaiki diri agar senantiasa selalu mengabdi kepada Tuhan YME. Selanjutnya Yo surako surak iyo atau bersoraklah dengan sorakan iya untuk menyambut seruan ini dengan sorak sorai, mari lah kita terapkan Pancasila sebagai tanda kebahagiaan.

Lagu Lir Ilir memberi kita pelajaran, hendaknya manusia menyadari, bahwa hidup  di dunia ini tidak akan lama, seyogyanya kita semua harus mempersiapkan diri serta memanfaatkan waktu, harta, dan tenaga kita dengan sebaik-baiknya sehingga kelak kita akan siap ketika tiba saatnya kita semua dipanggil menghadap Tuhan YME. Semoga lagu jawa yang mendamaikan dan menyejukkan hati ini dapat memberi motivasi dan pengajaran buat kita semua.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar